Nikita Mirzani Beber Kronologi Polisi Datang: Ungkap Kejanggalan dan Tudingan Penghasutan
Nikita Mirzani kembali menjadi sorotan publik setelah dirinya mengalami kejadian tak menyenangkan saat hendak menjalankan ibadah umrah. Ia mengungkap kronologi kedatangan polisi ke hotel tempatnya menginap di Mekkah pada 10 Januari 2023 lalu. Melalui akun Instagram pribadinya, Nikita secara blak-blakan mengungkapkan kejanggalan dan tudingan penghasutan yang menurutnya terjadi.
Kronologi Kedatangan Polisi
Nikita menceritakan bahwa dirinya tengah berada di hotel bersama rombongan umroh saat tiba-tiba didatangi oleh polisi. Ia mengaku sempat menolak untuk diinterogasi, namun polisi bersikeras dan meminta Nikita untuk ikut ke kantor polisi.
“Aku bilang sama polisi itu, “Pak, saya sedang umroh, saya mau beribadah. Kenapa saya harus ikut ke kantor polisi?” Tapi pak polisi itu memaksa dan bilang, “Nanti kita bicarakan di kantor polisi,” ujar Nikita dalam video Instagramnya.
Nikita Mirzani kemudian dibawa ke kantor polisi setempat dan diinterogasi selama kurang lebih dua jam. Ia dituduh melakukan penghasutan melalui konten di media sosialnya.
Kejanggalan dan Tudingan Penghasutan
Nikita menyayangkan cara polisi yang menurutnya terkesan menekan dirinya. Ia menilai bahwa proses interogasi yang dilakukan tidak adil dan penuh kejanggalan.
“Di sana, polisi ngasih lihat HP aku, ngasih lihat postingan aku yang di Instagram. Mereka bilang itu postingan yang menghasut dan menuduh aku melakukan tindak pidana. Padahal aku nggak ngerti apa-apa. Aku hanya menceritakan apa yang terjadi di Indonesia,” tegas Nikita.
Nikita menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berniat untuk menghasut siapapun. Ia hanya ingin menyampaikan fakta dan pendapatnya tentang situasi politik dan sosial di Indonesia.
Reaksi Netizen
Ungkapan Nikita Mirzani ini sontak mengundang reaksi beragam dari para netizen. Ada yang mendukung Nikita dan menilai bahwa dirinya menjadi korban politisasi, sementara yang lain mempertanyakan motif Nikita dalam membuat konten di media sosial.
Dampak dan Analisis
Kejadian ini kembali menguatkan isu kebebasan berpendapat di Indonesia. Bagi sebagian orang, cara polisi menangani kasus ini terkesan represif dan tidak berimbang. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kebebasan berpendapat di Indonesia benar-benar terjamin?
Peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa media sosial memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi dan opini. Namun, pengguna media sosial perlu bijak dalam menggunakan platform tersebut agar tidak menyebarkan informasi yang tidak benar atau bersifat provokatif.
Sebagai penutup, kasus ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan untuk menjaga sikap toleransi dan saling menghormati dalam berpendapat.