Kisah Pengkhianatan dan Keabadian: Asal Usul Festival Pertengahan Musim Luruh
Festival Pertengahan Musim Luruh, yang juga dikenal sebagai Festival Bulan atau Festival Kue Bulan, adalah perayaan yang kaya makna dan sejarah. Lebih dari sekadar perayaan panen, festival ini menyimpan kisah tragis yang sarat dengan pengkhianatan, keabadian, dan kerinduan.
Legenda Chang'e dan Yutu
Di balik keindahan dan kegembiraan festival ini, tersimpan kisah Chang'e, dewi bulan, dan Yutu, kelinci bulan. Legenda menceritakan tentang Hou Yi, seorang pemanah legendaris, yang menyelamatkan dunia dari sepuluh matahari yang terik dengan membidik sembilan di antaranya. Sebagai hadiah, Dewi Xi Wangmu memberikan pil keabadian kepada Hou Yi.
Namun, Hou Yi memiliki istri yang cantik bernama Chang'e. Suatu hari, saat Hou Yi tidak ada di rumah, Chang'e menemukan pil keabadian itu. Diceritakan bahwa Chang'e takut Hou Yi akan jatuh ke tangan orang yang salah, dia pun memutuskan untuk menelan pil itu sendiri. Seketika, tubuhnya melayang ke langit dan mendarat di bulan.
Chang'e, yang terasing dari suaminya di bulan, merasa sedih dan kesepian. Yutu, kelinci bulan, menjadi sahabatnya dan menghiburnya. Sejak saat itu, Chang'e menjadi dewi bulan, dan Yutu menjadi simbol kesetiaan dan persahabatan.
Perayaan Keabadian dan Kerinduan
Legenda ini memberikan makna mendalam pada Festival Pertengahan Musim Luruh. Kue bulan, dengan bentuk bundarnya, melambangkan keutuhan dan keabadian, seperti bulan yang selalu bersinar. Cerita Chang'e menjadi simbol kerinduan dan harapan untuk bersatu kembali.
Orang-orang merayakan festival ini dengan berkumpul bersama keluarga, menikmati kue bulan, dan mengagumi bulan purnama. Ritual membakar dupa dan meletakkan buah-buahan sebagai persembahan untuk Chang'e juga menjadi tradisi yang dilakukan hingga saat ini.
Makna yang Mendalam
Festival Pertengahan Musim Luruh bukanlah sekadar perayaan panen. Festival ini merupakan pengingat tentang pengorbanan dan kerinduan, tentang cinta dan harapan yang abadi. Meskipun legenda Chang'e mungkin sebuah dongeng, kisah ini mengingatkan kita tentang nilai-nilai luhur seperti pengorbanan, kasih sayang, dan kerinduan untuk bersatu kembali.
Pada akhirnya, Festival Pertengahan Musim Luruh adalah perayaan tentang keindahan bulan, tentang kekuatan ikatan keluarga, dan tentang harapan untuk masa depan yang lebih baik.